Kawasan wisata alam Bukit Lawang masih menjadi salah satu destinasi menarik di Sumatera Utara.
Sejak peristiwa bencana besar berupa banjir bandang yang melanda kawasan tersebut pada tahun 2003, sempat ada kekhawatiran masyarakat untuk berkunjung. Namun, ketakutan itu tak pantas lagi terjadi karena saat ini, kawasan wisata bukit lawang kian membaik.
“Beberapa tahun setelah banjir bandang itu memang ada trauma di kalangan penduduk sini. Tapi perlahan-lahan semuanya mulai berbenah dan membangun kembali. Bagaimanapun sumber penghasilan warga di sini ya dari para turis maupun pengunjung lokal maupun dari luar negeri,” ungkap Rizky kepada rekatamedia.com, Minggu (15/11/2020).
Setelah 17 tahun berlalu dari peristiwa menggemparkan tersebut, tak ada lagi yang harus dicemaskan. Sebab, pemerintah menurutnya sudah lebih pro aktif menjaga hulu sungai dengan membangun dam dan mengawasi debit air. “Sudah terus diawasi bang. Mudah-mudahan tidak ada lagi peristiwa seperti dulu,” tuturnya.
Isu Negatif
Meski begitu, isu-isu buruk soal bukit lawang masih sering muncul, termasuk yang terakhir adalah pemberitaan soal banjir bandang pada 17 November silam. Yang sebenarnya, banjir tersebut terjadi di Sungai Landak, yang aliran sungainya berbeda dengan Sungai wisata bukit lawang. Namun di media, berita yang muncul justru tidak menjelaskan hal tersebut.
Aliran sungai Landak yakni alur sungai yang melintasi wisata Landak River dan selang pangeran, bukan termasuk aliran sungai Bukit Lawang yang mengalir di obyek wisata internasional Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Sumatera Utara.
Jadi peristiwa banjir bandang di Landak River, tidak berpengaruh dengan sungai Bukit Lawang.
“Sebab aliran sungainya berbeda, jadi tidak memiliki pengaruh. Destinasi Bukit Lawang tetap dibuka, tidak ada penutupan. Isu penutupan Bukit Lawang itu tidak benar alias hoaks,” tegas Camat Bahorok Dameka Putra Singarimbun dalam penjelasannya yang dikutip idntimes, 17 November lalu.