Qobil dan Habil Peristiwa Pembunuhan Pertama Dalam Sejarah

  • Whatsapp
Cermin

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Qabil dan Habil) menurut yang sebenarnya, keti­ka keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang mereka berdua (Habil) dan tidak dit­erima yang lain (Qobil).” (QS Al-Maidah: 27).

Nabi Adam as. memiliki putra-putri sebanyak 40 orang (20 pasang). Sumber riwayat yang lain mengung­kapkan bahwa Nabi Adam as mempunyai 25 orang anak, 24 orang lahir berpasangan yaitu lak-laki dan perempuan, kecuali Nabi Syits as sebagai anak ke 5, dila­hir dengan sangat istimewa tanpa ada pasangannya, jadi menurut riwayat ini ada 13 orang putra laki-laki Nabi Adam dan ada 12 orang perempuan. Putra-putri Nabi Adam as konon menurut sebuah riwayat dilahirkan berurutan: laki-laki, perempuan, perempuan, laki-laki, laki-laki, perempuan, perempuan, laki-laki, laki-laki, perempuan, perempuan,laki-laki, begitu seterusnya.

Baca Juga:

Cayn dan saudara perempuannya, Qobil dan Iqlima, Ashut dan saudara perempuannya, Habil dan Labuda, Sys, Ayad dan Hazura, Balagh dan saudara perempuan­nya, Athati dan saudara perempuannya, Tawbah dan saudara perempuannya, Darabi dan saudara perem­puannya, Hadaz dan saudara perempuannya, Yahus dan saudara perempuannya, Sandal dan saudara per­empuannya, Baraq dan saudara perempuannya. Wadd dan dan saudara perempuannya, Suwa dan saudara perempuannya, Yaghuth dan saudara perempuannya, Ya’uq dan saudara perempuannya, Nasr dan saudara perempuannya. Urutan putra-putri Nabi Adam ini masih belum dipastikan dengan baik. Hanya ada riway­at yang mengatakan bahwa Qobil adalah putra kedua, Habil adalah putra ke-empat, Dan Nabi Sys adalah putra ke-5 yang menikah dengan adiknya Hazura putra/putri ke-enam Nabi Adam as.

Qobil dan Habil adalah dua putra Nabi Adam yang disebut-sebut kisahnya dalam Alqur’an. Qobil menolak menikah Labudza, karena kecantikan Labudza jauh di bawah kecantikan saudaranya Iqlima.

Karena itulah Nabi Adam as. yang bersumber dari wahyu yang disampaikan kepada kedua putranya, seperti dikutip tafsir Ibnu Katsir: “Wahai anakku (Qobil dan Habil) hendaknya masing-masing diantara kalian menyerahkan qurban, maka siapa diantara kalian ber­dua yang qurbannya diterima Allah Swt dialah yang berhak menikahinva (Iklimah).”

Para ahli tafsir menyatakan bahwa peristiwa kurban yang dilakukan dua bersaudara dari putra Adam as ada­lah merupakan solusi dari polemik perang dingin yang terjadi antara keduanya dalam mempersunting wanita cantik rupawan bernama Iklimah sebagai pasangan hidup.
***
Memang dalam hidup ini, wanita cantik bisa menjadi masalah. Betapa banyak pemimpin dunia yang tergelin­cir akibat wanita, di antaranya: John Profumo politikus Inggris yang terlibat affair dengan Christine Keeler pada 1963. Ternyata perempuan itu memiliki hubungan den­gan sejumlah agen Rusia, KGB. Profumo mundur dari jabatannya sebagai Menteri Pertahanan, ketika itu disebut Secretary of State for War.
Begitu juga dengan Bill Clinton, Presiden Amerika yang terkenal flamboyan. Ketika isu berhembus pada 1998, Clinton membantah keras. Presiden yang terpil­ih pada Pemilu 1992 ini dikabarkan punya hubungan khusus dengan staf gedung putih Monica Lewinski, 22 tahun.

Skandal ini dikenal dengan berbagai sebutan seperti Monicagate, Lewinskigate, Tailgate, Sexgate dan Zippergate. Clinton sempat menghadapi impeachment, tapi akhirnya selamat dan meneruskan masa jabatan­nya yang kedua hingga 2001 serta Gary Hart, Senator dari Partai Demokrat ini tersungkur skandal seks. Pada 1987, Hart sangat populer sehingga masuk nominasi calon presiden dari Demokrat. Tiba-tiba muncul kabar burung soal affair-nya. Hart membantah rumor dan menantang media untuk terus menguntitnya. Ternyata, media bisa mengungkap adanya perempuan yang ke­luar dari rumah. Hart gagal sebagai kandidat presiden Demokrat.

Qobil dan Habil demikian juga, Qobil yang tidak rela harus menikah dengan saudara Habil yaitu Labuda yang kurang cantik, sementara Habil mendapat saudara Qo­bil bernama Iqlima yang cantik.

Kecantikan seseorang bisa membutakan hati, aki­batnya muncul rasa iri dan dengki. Seolah-olah kecan­tikan adalah segala-galanya. Padahal tidak demikian. Banyak orang yang menikah karena ukurannya adalah kecantikan dan ketampanan akhirnya hidup mereka menderita. Karena setelah kecantikan dan ketampanan seseorang itu hilang, maka beralihlah cinta kepada yang lain.

Memang, siapa sih yang tidak menyukai kecantikan atau ketampanan. Semua orang suka memandang yang cantik dan tampan. Tetapi jangan terjebak hanya karena kecantikan dan ketampanan seseorang. Banyak orang yang cantik dan tampan tetapi akhlaknya tidak secantik dan setampan parasnya. Karena itulah Nabi Muham­mad Saw berpesan jika kita ingin memilih pasangan: “Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak de­mikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)

Paras atau kecantikan menempati urutan ke tiga, teta­pi sebenarnya empat hal ini bukanlah urutan prioritas, karena apa? Karena agama menempati posisi ke empat, tetapi kenapa Rasul menyuruh kita untuk memilih ka­rena agama? Karena sebenarnya agama atau keimanan seseorang merupakan hal yang harus dinomorsatukan.

***

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qobil) menurut yang sebenarnya, keti­ka keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qobil). Ia berkata (Qobil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa” (QS al-Ma’idah: 27)

Setelah Nabi Adam as menyuruh anaknya berkur­ban maka berkurban Qobil dan Habil, ternyata kurban yang diterima Allah Swt adalah yang didasarkan atas keihlasan dan ketakwaan kepada-Nya, yaitu kurban Ha­bil yang berupa seekor domba yang besar dan bagus. Sementara kurban Qobil ditolak karena dilakukan atas dasar kedengkian. Karena kebakhilannya, ia juga me­milihkan domba peliharaannya yang kurus untuk untuk diqurbankan.

Ini membuktikan bahwa memberikan sesuatu atas nama Allah bukan besar kecilnya yang diterima, tetapi keikhlasannya yang memberikan. Banyak di antara kita yang berkurban, bersedekah atau berinfak tetapi sering lupa untuk menempatkan keikhlasan di atas segalanya.
Boleh jadi ia melakukan hal itu karena ia ingin men­dapatkan gelar dermawan, tetapi ini sangat disayang­kan karena tentu Alah tidak akan menerima apa yang ia usahakan tersebut karena landasannya bukan lillahi ta’ala (ikhlas) tetapi karena ingin dipuji orang lain.
Qobil yang kalah dalam ‘sayembara’ kurban akhirnya memutuskan untuk membunuh saudaranva sendiri. Peristiwa ini adalah pembunuhan manusia pertama oleh manusia dalam sejarah umat manusia.

“Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu ke­padaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuh­mu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”. (QS Al Ma’idah: 28)

Patut direnungkan, mengapa Alquran melukiskan Habil sebagai orang yang lemah? Mengapa ia tidak mau membela diri ketika hendak dibunuh saudaranya?

Sebagian ahli tafsir menyatakan bahwa Habil tidak membela diri karena ia sengaja memilih kematian di tangan saudaranya. Ia ingin memberikan pelajaran kepada umat manusia bahwa pelaku kezhaliman dan kedengkian tidak akan pernah menang untuk selama-lamanya. Bahwa kedengkian dan ketamakan adalah akar perseteruan dan permusuhan umat manusia di muka bumi.
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya mengang­gap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhn­yalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi. (QS Al-Ma’idah: 30)

Setelah membunuh Habil, Qobil kebingungan men­gurusi jenazah adiknya itu. Maka Allah Swt. memberi­kan petunjuk kepadanya melalui dua ekor burung gagak bersaudara. Kedua burung gagak ini bertarung di hada­pan Qabil hingga salah satunya terbunuh. Lalu burung gagak yang hidup menggali lubang di tanah dengan paruhnya, lalu memasukkan jasad burung gagak yang telah mati dan menimbunnya. Terinspirasi apa yang dilakukan oleh burung gagak ini, Qabil akhirnya men­guburkan Habil.

Ini juga sebuah pelajaran bahwa berguru bisa kepada siapa saja. Kita bisa berguru kepada manusia, tumbu­han dan hewan. Tentu saja pelajaran yang kita ambil haruslah bermanfaat bukan sebaliknya yang tidak ber­manfaat. Dalam berguru jangan memandang lahiriah seseorang tetapi kemanfataan dari apa yang ia ajarkan.

Kisah Qobil dan Habil ini juga mengisyaratkan bahwa dalam suatu keluarga tidak semuanya yang mengikut perintah Allah sebagai hamba yang bertakwa. Lihat Qobil walaupun ayahnya seorang Nabi, tetapi hat­inya tertutup karena perasaan dengki dan iri. Ini tentu saja karena rayuan syetan. Maka tidak heran walaupun dilahirkan dari satu rahim, bisa saja berbeda wataknya, ada anak yang selalu mengingat Allah tetapi ada juga anak yang tidak mengingat Allah. Karena itulah tugas orangtua mendidik anaknya untuk kenal dengan Allah, sehingga anak tidak durhaka kepada Allah. (*)

Pos terkait