Ketika Pemimpin Takut Disuntik Vaksin Covid

  • Whatsapp

Pada saat acara donor darah di suatu instansi, ketika pimpinan instansi maju sebagai orang pertama mendonorkan darahnya di instansi itu, maka hampir semua karyawan dengan suka rela mendonorkan darahnya. Karena pemimpin menunjukkan perilaku keteladanan dan menghapus ketakutan.

Manakala vaksin Covid yang berasal dari negeri China akan diujicobakan pada penduduk Indonesia yang butuh ribuan sukarelawan, masyarakat masih tertanya-tanya, apakah ini bukan semacam uji coba vaksin China pada rakyat Indonesia? Mengapa tidak dilakukan uji coba pada rakyat China saja? Belum terjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tiba-tiba viral di media sosial bahwa salah seorang pemimpin negeri yang juga pemimpin Percepatan Penanggulangan Covid-19 di Indonesia, menyatakan tidak bersedia kalau dia diikut sertakan sebagai relawan uji klinis vaksin Covid-19 China, karena ia selaku penjabat, tidak etis kalau diikutsertakan uji klinis. Sebaiknya ke rakyat saja duluan. Kalau memang sudah terbukti aman, baru ke para pejabat di cobakan.

Baca Juga:

Setiap vaksin ada indikasi dan kontra indikasi, juga ada efek sampingnya, baik itu efek samping ringan, sedang, maupun berat. Kita belum tahu apa saja efek samping vaksin Covid China itu.
Presiden Jokowi mengatakan: “Kita akan melaksanakan uji klinis vaksin Covid-19 tahap ketiga dengan melibatkan 1.620 sukarelawan. Proses dan protokolnya mendapat pendampingan secara ketat oleh BPOM. Apabila berhasil, BUMN Bio Farma siap memproduksi vaksin ini dengan kapasitas 100 juta dosis per tahun,” demikian Jokowi.

Kalaulah pemimpin, berani menyatakan dirinya bersedia sebagai relawan uji klinis vaksid Covid, tentu saja respon positip dari masyarakat akan timbul, akan lebih mudah mengajak masyarakat untuk menjadi relawan. Padahal, bila seseorang menyatakan bersedia divaksin, tentu saja tidak serta merta langsung disuntik. Harus ada pemeriksaan fisik yang dilakukan serta analisis klinis. Sama seperti seorang yang ingin mendonorkan darahnya, harus diperiksa tekanan darah dan kadar Hemoglobinnya. Kalau ternyata ada anemia atau tekanan darahnya terlalu rendah atau terlalu tinggi, atau ada penyakit-penyakit yang bisa menular kepada penerima darahnya, tentu ia tidak diizinkan mendonor.

Yang disesalkan adalah pernyataan pemimpin yang menyebut tidak etis kalau dia ikut sebagai relawan uji klinis vaksin Covid, dan lebih baik rakyat saja duluan. Bukankah pemimpin harus di depan? (Penulis adalah pemerhati Kesehatan dan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara)

Pos terkait