Wih! Harga Emas Antam Hari Ini Jeblok, Bagaimana Prediksi Tahun Depan?

  • Whatsapp

Rekatamedia.com Harga emas batangan yang diproduksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. kembali turun pada perdagangan Jumat (11/12/2020), masih terseret penurunan harga emas dunia.

Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com seperti dilansir cnbcindonesia, emas satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan hari ini dibanderol Rp 89.612.000/batang atau Rp 896.120/gram, turun 0,22% dibandingkan harga Kamis kemarin yang merosot 1,1%.

Sementara satuan 1 gram juga turun 0,21% ke Rp 954.000/batang.

Situasi Emas Dunia
Harga emas dunia yang diprediksi akan menguat di pekan ini justru melemah lagi 0,21% ke US$ 1.835,31/troy ons pada perdagangan Kamis kemarin. Pada perdagangan Rabu bahkan lebih parah ambrol 1,72%.

Kitco pada pekan lalu melakukan survei terhadap para analis di Wall Street, hasilnya kembali memberikan proyeksi bullish (tren naik) untuk emas dunia di pekan ini.

Dari 14 analis di Wall Street yang disurvei, sebanyak 10 orang atau 71% memberikan proyeksi bullish, sementara 3 analis atau 21% memberikan outlook bearish (tren turun) dan 1 orang netral.

Sementara survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar atau yang disebut Main Street dengan 1.147 partisipan menunjukkan 65% diantaranya bullish, 20% bearish dan 15% netral.

Tetapi emas justru melempem di pekan ini. Sebabnya pembahasan stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS) yang masih belum ada titik terang. Padahal banyak yang berharap stimulus tersebut bisa cair di pekan ini.

Stimulus fiskal serta stimulus moneter merupakan bahan bakar bagi emas untuk menanjak. Sehingga belum pastinya kapan stimulus tersebut akan cair membuat emas merosot.

Tahun depan akan Menguat
Meski demikian, analis dari bank Wells Fargo memprediksi harga emas akan kembali menguat di tahun depan, bahkan mencetak rekor tertinggi baru, sebab pasar finansial disebut sedang “mabuk” likuiditas.

John LaForge, kepala strategi aset riil di Wells Fargo, memprediksi pemulihan ekonomi di tahun 2021 akan cukup kuat dengan adanya vaksin virus corona. Meski demikian, ia melihat suku bunga bunga masih akan rendah dan kebijakan moneter masih longgar, sehingga perekonomian akan banjir likuiditas yang akan mendukung kenaikan harga emas.

“Pasar finansial “mabuk” akan likuiditas dan para investor seharusnya tidak memperkirakan tahun 2021 pasar finansial akan “sadar”. Dalam kondisi tersebut, kinerja logam mulia masih akan bagus,” kata LaForge, sebagaimana dilansir Kitco.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebagai pemangku kebijakan moneter, sudah mengatakan tidak akan menaikkan suku bunga < 0,25% hingga tahun 2023, dan ada peluang nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) akan ditambah. Alhasil, “mabuk” likuiditas memang masih akan terjadi dalam waktu yang cukup lama.

“Masih banyak uang yang akan dicetak, dan itu bagus untuk emas dan perak,” kata LaForge.

Tetapi tidak hanya stimulus moneter yang akan membawa emas kembali menguat, ia juga melihat tahun 2020 sebagai awal siklus bullish emas. LaForge memprediksi di akhir tahun 2021, emas akan menyentuh US$ 2.100 hingga US$ 2.200/troy ons. Kenaikan harga emas dunia tersebut tentunya akan mengerek naik emas Antam. (*)