Gawat, Ancaman Resesi di Depan Mata

  • Whatsapp
Menteri Keuangan, Sri Mulyani

" data-medium-file="https://www.rekatamedia.com/wp-content/uploads/2020/07/101-hipwee-sri-mulyani-200x112.jpg" data-large-file="https://www.rekatamedia.com/wp-content/uploads/2020/07/101-hipwee-sri-mulyani-600x350.jpg"/>

Medan - Semakin ke belakang, prediksi terkait dengan pertumbuhan ekonomi semakin buruk. Baik sejumlah lembaga internasional maupun menteri keuangan terus memberikan perkembangan terkait pertumbuhan negatif yang kian membesar. Di akhir pekan kemarin, Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali memberikan proyeksi pertumbuhan ekonomi dikuartal kedua dalam rentang -3.5% hingga -5.1%.

Dengan angka sebesar itu, proyeksi Indonesia masuk ke jurang resesi kian besar. Sama seperti halnya Negara maju lainnya yang sudah lebih dahulu terpuruk, dan dipastikan masuk ke jurang resesi. Indonesia di dalam kondisi seperti sekarang, akan bernasib serupa. Semakin dalam keterpurukan ekonomi di kuartal kedua, maka semakin berat memperbaikinya (pertumbuhan positif) di kuartal selanjutnya.

Baca Juga:

Pengamat ekonomi Gunawan Benjamin awal pekan mengatakan, ancaman resesi yang kian besar tersebut juga tidak dibarengi dengan kebijakan jitu dalam mengendalikan corona.

“Saya menilai banyak negara yang frustasi belakangan ini saat memberlakukan karantina wilayah atau lockdown yang justru tidak memperbaiki keadaan. Kebijakan karantina wilayah yang diberlakukan saat ini seakan menjadi pemicu masalah yang lebih besar di sisi ekonomi,” ujar dosen ekonomi syariah ini.

Menurut Gunawan, kebijakan lockdown yang awalnya digunakan sebagai cara untuk meminimalisir penyebaran corona. Justru saat ini memicu resesi ekonomi. “Jadi saya berkesimpulan bahwa, yang dilakukan diawal oleh banyak negara termasuk Indonesia dengan karantina wilayah, seakan menjadi sia sia. Karena pada akhirnya masyarakat juga harus bekerja, berinteraksi dengan masyarakat lain dan harus beradaptasi dengan kebiasaan baru berdampingan dengan corona”.

Makin Berat

Tugas semakin berat karena kerusakan ekonomi yang ditimbulkan dari karantina wilayah harus kita tanggung saat ini. Disisi lain, hidup berdampingan dengan corona melalui protokol kesehatan yang ketat sepertinya juga tidak berjalan mulus. Banyak masyarakat yang mengabaikan protokol tersebut.

“Tidak jauh berbeda, Untuk Sumatera Utara saya memperkirakan pertumbuhannya akan negatif di kuartal kedua tahun ini. Masih dikisaran -1.6%, meskipun tidak menutup kemungkinan akan tumbuh negatif diatas -2%, meskipun saya yakin tidak akan lebih dari -2.4%”.

Sumut, lanjut Gunawan, masih tetap berpeluang mampu keluar dari resesi. Namun satu hal yang harus kita fahami dan lakukan bersama agar ekonomi tetap hidup yakni lakukan protokol kesehatan dengan ketat. Jangan sampai kurva kenaikan jumlah pasien corona di Sumut dan Nasional justru memicu terjadinya pukulan tambahan yang membuat Sumut kian jauh dari kemugkinan keluar dari jurang resesi di kuartal ketiga.

Pos terkait