Medan, rekatamedia.com. Diabetes merupakan penyakit yang ditakuti oleh penderitanya apalagi jika mengalami komplikasi. Pengobatan penyakit ini, selain disiplin dengan anjuran dokter, dan juga berpikiran positif dalam menjalani hidup sehingga penyakit diabetes tak perlu ditakuti. .
“Jika sudah terkena penyakit ini, sebaiknya kita menjadi dokter bagi diri sendiri. Artinya jika menjadi dokter terhadap diri sendiri maka akan disiplin dalam pola makan dan pola pikir. Dalam ilmu psikologi itu ada auto sugesti dan hetero sugesti. Sugesti yang ada dari diri kita sendiri dan ada dari orang lain. Saya sebagai penderita diabetes kita lah menjadi dokter untuk diri sendiri. Karena Kalau kita melanggar aturan dari dokter tidak ada gunanya. Makan obat segonipun tidak ada gunanya, kalau tidak mengatur pola makan, dan berfikir yang positif,” ujar Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Sumut, Dr Drs Syafruddin Ritonga, MAP di sela-sela Syukuran Ultahnya 55 Tahun yang dilaksanakan di Woong Rame Pantai Cermin, Deli Serdang pada Kamis (17/6).
Dosen Komunikasi FISIP UMA ini mengatakan ada 5 pilar pengobatan diabetes salah satunya adalah edukasi. Oleh karena itu, ia sebut berobat ke dokter adalah salah satu bentuk edukasi, sehingga harus disiplin mengikuti saran dokter untuk makan obat, dan suntik insulin.
“Itu pengalaman saya sebagai penderita diabetes tipe 1. Memang ini yang perlu kita edukasi sehingga dari dulu Persadia melakukan edukasi pembangkit semangat. Dulu pertama kali kita menderita diabetes saya mengira akan tamatlah riwayat tapi ternyata tidak, kalau urusan kematian itu adalah urusan Tuhan bukan kita,” kata alumni S3 UINSU.
Tapi initinya, lanjutnya sebagai penderita diabetes jangan berkecil hati harus tetap semangat, buktinya ia yang bisa hidup seperti orang normal pada umumnya, padahal ia mengaku sudah 40 tahun menderita diabetes, tetap semangat bahkan kini ia sudah menginjak usia 55 tahun.
Sementara itu, harapannya diusia 55 tahun ini, Covid-19 segera berakhir, agar perekonomian tumbuh dan kehidupan normal kembali, karena ia sebagai dosen juga berharap agar segera belajar tatap muka. Sebab belajar daring menurutnya tidak optimal.
Momen Milad ke 55 tahun sebutnya sebagai momen berbagi dan mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan.