Medan- Assistant Managing Director of Young Readers, Reference and Digital Products, Fikri Somyadewi mengatakan, buku cetak masih dibutuhkan di era masa pandemi ini karena memang Pembelajaran Jarak Jauh atau belajar online tidak hanya melulu di depan komputer atau laptop, tetapi juga tetap membutuhkan buku sebagai panduan atau sebagai referensi utama dalam suatu pembelajaran.
Hal ini disampaikan pada Webinar “Eksistensi Buku Cetak sebagai Literasi Utama dalam Pendidikan di Era New Normal” yang terselenggarakan atas kerja sama Penerbit Erlangga dengan UPT Perpustakaan UMSU dan Relawan Perpustakaan, Jumat (24/7)
Dia bertanya, Apakah memang dunia perbukuan akan mati suri saat pandemi, meskipun fakta buku digital di era pandemi makin popular karena mudah diakses. Tapi buku cetak tetap perlu.
“Bicara dunia pendidikan mulai TK sampai SMA/SMK, penggunaan buku untuk belajar dari rumah merupakan alat bantu. Tidak murni hanya melihat gadget tetapi tetap menggunakan buku. Anak-anak perlu mencorat coret buku atau membaca buku tersebut,” katanya.
Dia menegaskan, harus ada pembatasan penatapan layar komputer , tidak bisa murni online. Buku saat PJJ tetap sangat dibutuhkan, karena ada fakultas atau prodi yang terkait pengembangan profesi, bahkan ada buku wajib dimiliki karena sebagai panduan utama. Ini terjadi tidak hanya di Indonesia tapi di negara maju, untuk referensi utama tetap menggunakan menggunakan buku cetak, meskipun dosen mengajari online,” katanya.
Dia menyebut, Kuliah online (sebenarnya) menyusahkan dosen, tapi situasi menuntut demikian. Buku cetak masih dipakai sebagai sumber ajar mahasiswa juga kesulitan kuliah online, apalagi tanpa buku, karena menghadiri kuliah online butuh koneksi internet bagus, laptop yang berfungsi komplit (kamera video dan suara), dan uang pulsa.
“Jadi, penggunaan buku cetak itu masih dibutuhkan karena penggunaan buku cetak itu lebih berwibawa dan mendetail. Mahasiswa perlu memiliki buku cetak khususnya terkait materi yang perlu sering dibaca/dijadikan referensi,” katanya.
SANGAT RELEVAN
Wakil Rektor III UMSU, Dr Rudianto, MSi mengatakan webinar yang membahas literasi ini sangat luar biasa. Mencerahkan tidak hanya di kalangan mahasiswa tetapi juga dosen. Gerakan seperti ini sangat diperlukan bangsa, membuka cakrawala. Kenapa orang harus membaca?
Dia mengatakan, topik yang dibahas terkait eksistensi buku cetak sangat relevan. “Saya kemarin menjadi narasumber tentang literasi media untuk memahami informasi dunia pendidikan di masa pandemi Covid-19. Banyak dari kalangan guru dan kepala sekolah problem utamanya yakni berhadapan dengan teknologi dan digital dan juga kesulitan menggerakkan anak-anak untuk gemar menbaca,” katanya.
Anak-anak pada masa sekarang apalagi pada masa pandemi didorong pembejaran online dan memegang gadget justru terjebak pada aktivitas membaca tekstual. Ironisnya, handpone ternyata lebih banyak dimanfaatkan untuk membuka visual, mengakses social media, dan sebagainya. Mereka lalai dan sedikit santai memegang gadget untuk belajar, tetapi pulsanya habis untuk akses youtube, dan main game, dan membaca tidak sama sekali.
Beda dengan di Finlandia, jumlah akses buku sangat besar di masa pandemic ini. Misalnya, penduduk hanya 5 juta tetapi akses terbuku sampai 68 juta.
“Melihat webinar ini saya senang sekali. Apalagi yang dibahas tentang buku, UMSU sendiri mendorong semua dosen untuk aktif menulis apa saja. Apresiasi juga kepada Relawan Perputakaan yang telah melahirkan dua buku, dan beberapa dosen membuat buku bunga ramai, Terimakasih atas korabolasi dengan Penerbit Erlangga. Relawan Perpustakaan terus bergerak dan berjuang, dan banyak sekali yang bisa dikerjakan untuk literasi dan minat baca,” kata sembari membuka webinar nasional ini.
Webinar yang dihadiri kalangan mahasiswa, dosen, kepala perpustakaan, guru, dan praktisi diisi dengan sambutan Asisten Manager Erlangga, Damares Purba, Ketua Relawan Perpustakaan UMSU, Oktia, Kepala UPT Perpustakaan UMSU, Muhammad Arifin, MPd dan pemaparan Drs Syaiful Syafri, MM (mantan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Provsu). (muhammad arifin)